Pertemuan Askeb 4 Ke-1
Oleh Nopa Utari, S.ST
Prinsip deteksi dini terhadap kelainan, Komplikasi dan penyakit yang
lazim terjadi pada ibu masa kehamilan, persalinan dan masa nifas
A. Prinsip Deteksi Dini Terhadap Kelainan,
Komplikasi Dan Penyulit Pada Ibu Hamil
Kehamilan
melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan
sosial di dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak
biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan
penyambutan anggota keluarga yang baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang
normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta
menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal.
Sistem
penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah
selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi
kehamilan.
Setiap
kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah :
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
a. Pemeriksaan kehamilan dini
(early anc detection)
Ibu hamil
sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal.
Ketika seorang ibu mulai mendapatkan tanda
presumtif hamil seperti :
· amenorhe
· mual dan muntah
· mengidam
· pingsan
· pembesaran payudara dan lain-lain.
Atau ketika
dia menemukan tanda mungkin hamil seperti :
· pembesaran perut
· tes kehamilan positif,
· tanda hegar
· tanda piscazek
· tanda pembesaran uterus dan lain-lain
diharapkan ibu tersebut segera memeriksakan diri ke
tenaga kesehatan baik itu bidan maupun dokter.
b. Kontak dini kehamilan
trimester I
Kebijakan program untuk kunjungan ante natal
minimal 4 kali selama kehamilan, terdiri dari :
1. 1 kali pada trimester pertama
2. 1 kali pada trimester kedua
3. 2 kali pada trimester ketiga
Pelayanan standar minimal yang diperoleh harus
mencakup “ 7 T ”
1. Timbang berat badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
5. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet
selama kehamilan (fe 60 mg, asam folat 500 ug).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Dengan adanya
kontak dini khususnya pada trimester I, maka akan memudahkan kita dalam
mendeteksi adanya kelainan atau komplikasi yang mungkin dialami oleh ibu hamil
dalam kehamilannya.
c. Pelayanan anc berdasarkan
kebutuhan individu
Penilaian
Antenatal
|
Kunjungan
I
|
Kunjungan
II
|
Kunjungan
III
|
Kunjungan
IV
|
Riwayat
kehamilan
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Riwayat
kebidanan
|
Ö
|
|||
Riwayat
kesehatan
|
Ö
|
|||
Riwayat
sosial
|
Ö
|
|||
Pemeriksaan
keseluruhan (umum)
|
Ö
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada indikasi
|
Pemeriksaan
kebidanan (luar)
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Pemeriksaan
kebidanan (dalam)
|
Ö
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada
indikasi
|
Pemeriksaan
laboratorium
|
Ö
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada
indikasi
|
Cek kembali
Hb dan pemerik saan laborato rium lain jika ada indikasi.
|
Pemberian
TT
|
TT1(0,5 cc)
|
TT2 (0,5
cc)
|
||
Pemberian
tablet Fe
|
90 hari
|
|||
Konseling
umum
|
Ö
|
Memperkuat
|
Memperkuat
|
Memperkuat
|
Konseling
khusus
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada
indikasi
|
Jika ada
indikasi
|
Perenc. Persalinan
|
Ö
|
Ö
|
||
Perenc.
Penanganan komplikasi
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
d. Skrining untuk deteksi
1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
· Penapisan dan pengobatan anemia
· Perencanaan persalinan
· Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
2. Kunjungan II (24 – 28 minggu), dilakukan untuk :
· Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
· Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat
reproduksi dan saluran perkemihan
· Mengulang perencanaan persalinan
3. Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
· Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
· Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat
reproduksi dan saluran perkemihan
· Mengulang perencanaan persalinan
4. Kunjungan IV (36 minggu), dilakukan untuk :
·
Sama seperti kegiatan
kunjungan II dan III
·
Mengenali adanya kelainan
letak dan presentasi
·
Memantapkan rencana persalinan
·
Mengenali tanda-tanda
persalinan.
Riwayat
kehamilan ini
|
Riwayat
obstetric lalu
|
Riwayat
penyakit
|
Riwayat
sosial ekonomi
|
1. Usia ibu hamil
2. HPHT, siklus haid
3. perdarahan pervaginam
4. keputihan
5. mual dan muntah
6. masalah/kelainan pada kehamilan sekarang
7. pemakaian obat-obat (termasuk jamu-jamuan)
|
1. jumlah kehamilan
2. jumlah persalinan
3. jumlah persalinan cukup bulan
4. jumlah persalinan premature
5. jumlah anak hidup
6. jumlah keguguran
7. jumlah aborsi
8. perdarahan pada kehamilan, persalin-an, nifas
terdahulu
9. adanya hipertensi dalam kehamilan pada
kehamilan terdahulu
10.berat bayi < 2,5 kg atau berat bayi
> 4 kg
11.Adanya masalah-masalah selama kehamilan,
persalin-an, nifas terdahulu
|
1. Jantung
2. tekanan darah tinggi
3. DM
4. TBC
5. Pernah operasi
6. Alergi obat / makanan
7. Ginjal
8. Asma
9. Epilepsi
10. Penyakit hati
11. Pernah kecelakaan
|
1. Status perkawinan
2. respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
3. jumlah keluarga di rumah yang membantu
4. Siapa pembuat keputusan dalam keluarga
5. kebiasaan makan dan minum
6. kebiasaan merokok, menggunakan obat-obat dan
alkohol
7. kehidupan seksual
8. pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
9. pilihan tempat untuk melahirkan
10.pendidikan
11..penghasilan
|
Fisik umum
|
Pemeriksaan
luar
|
Pemeriksaan
dalam
|
Laboratorium
|
Kunjungan
pertama :
o tekanan darah
o suhu badan
o nadi
o berat badan
o tinggi badan
o muka : edema, pucat
o mulut & gigi : kebersihan, karies, tonsil
o tiroid / gondok
o tulang belakang / punggung : scoliosis
o payudara ; putting susu, tumor
o abdomen : bekas operasi
o ekstremitas : edema, varises, refleks patella
o costrovertebral angle tenderness (CVAT)
o kulit : kebersihan, penyakit kulit
kunjungan
berikutnya
o tekanan darah
o berat badan
o edema
o masalah dari kunjungan pertama
|
Pada setiap
kunjungan :
o mengukur TFU
o palpasi untuk menentukan letak janin (atau
lebih dari 28 minggu)
o Auskultsi detak jantung janin
|
Pada
kunjungan per-tama :
Pemeriksaan
vulva/ perineum untuk :
o Varises
o Kondiloma
o Edema
o Hemoroid
o Kelainan lain
Pemeriksaan
dengan speculum untuk menilai :
o Serviks
o Tanda-tanda infeksi
o Cairan dari ostium uteri
Pemeriksaan
untuk menilai :
o Serviks*
o Uterus*
o Adneksa*
o Bartolini
o Skene
o Uretra
* Bila usia
kehamilan < 12 minggu
|
Kunjungan
pertama
Darah :
o Hemoglobin
o Glukosa
o VDRL
Urin ;
o Warna, bau, kejernihan
o Protein
o Glukosa
|
B. Prinsip Deteksi Dini Terhadap
Kelainan, Komplikasi Dan Penyulit Pada Persalinan
a. Pemanfaatan Partograf pada setiap
persalinan kala aktif
Partograf merupakan alat untuk mencatat
informasi berdasarkan observasi, anamnesia dan pemeriksaan fisik ibu dalam
persalinan dan sangat penting khususnya untuk menbuat keputusan klinik selama
kala 1 persalinan.
Kegunaan utama daro partograf adalah :
1. Mengamati dan
mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks saat
pemeriksaan dalam.
2. Menentukan apakah
persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama.
Bagian-bagian dari partograf :
1. Kemajuan persalinan
·
Pembukaan serviks (setiap 4 jam)
·
Penurunan kepala janin (setiap 4 jam)
·
Kontraksi uterus (setiap 30 menit)
2. Keadaan Janin
· DJJ
(setiap 30 menit)
·
Warna dan jumlah air ketuban (setiap PD)
·
Molase tulang kepala janin (setiap PD)
3. Keadaan ibu
· Nadi
(setiap 30 menit)
·
Tekanan darah, suhu (setiap 4 jam)
·
Urine : volume dan protein (setiap 2-4 jam)
·
Obat-obatan dan cairan IV
Penilaian pada partogaf yang menggunakan tanda/symbol khusus
Temuan
|
Penilaian
|
Tanda
|
DJJ
|
/menit
|
|
Ketuban
|
selaput Utuh
selaput pecah, air ketuban Jernih
selaput pecah, air ketuban bercampur Mekoneum
selaput pecah, air ketuban bercampur Darah
selaput pecah, dan tidak ada air ketuban (Kering)
|
U
J
M
D
K
|
Molase
|
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi.
Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih bisa
dipisahkan
Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
|
0
1
2
3
|
Pembukaan serviks
|
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
|
X
|
Penurunan kepala janin
|
0/5 = jika kepala janin tidak teraba dari luar atau seluruhnya sudah
melalui simfisis pubis.
1/5 = jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis
pubis.
2/5 = jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala janin teraba di atas
simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran
panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat
digerakkan).
3/5 = jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala janin teraba diatas
simfisi pubis.
4/5 = jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
5/5 = jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis
pubis.
|
O
|
Kontraksi uterus
(dalam 10 menit)
|
Kurang dari 20 detik
Antara 20 – 40 detik
Lebih dari 40 detik
|
|
Nadi
|
||
Tekanan darah
|
mmHg
|
ô
|
b. Deteksi dini pada kala I
1. Insersia Uteri
Tanda dan gejala :
·
His tidak adekuat
·
<2 kali dalam 10 menit
·
<20 detik
Manajemen :
·
Nutrisi cukup
·
Mbilisasi/ubah posisi
·
Upayakan kandung kemih/rectum kosong
·
Rangsang putting susu
2. Denyut jantung janin
Tanda dan gejala :
·
<120 kali dalam 1 menit
·
>160 dalam 1 menit
Manajemen :
·
Beri oksigen
·
Ibu berbaring miring kiri
·
Pantau DJJ tip 15 menit
·
Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk
3. Dilatasi serviks
Tanda dan gejala :
·
Fase laten > 8 jam
·
Dilatasi serviks dikanan garis wspada dalam partograf
Manajemen
·
Rujuk
4. Cairan ketuban
Tanda dan gejala :
·
Bercampur mekonium
·
Air ketuban hijau kental
·
Berbau
Manajemen :
·
Beri oksigen
·
Beri antibiotic
·
Rujuk dengan ibu miring kiri
5. Tekanan darah
Tanda dan gejala :
· Bila
TD naik hingga >160110 mmHg
·
Pusing hebat
· Mata
berkunang-kunang
·
Kejang
Manajemen :
·
Infus cairan RL
·
Rujuk
6. Ring bandle
Tanda dan gejala :
· Nyeri
yang hebat pada perut bagian bawah
·
Kontraksi hipotonik
·
Muncul tanda-tanda pre syok
·
Fetal distress
Manajemen :
·
Infus cairan RL
·
Rujuk
7. Suhu
Tanda dan gejala :
· Suhu
> 38oC
Manajemen :
·
Istirahat baring
·
Minum banyak
·
Kompres untuk menurunkan suhu
·
Bila dalam 4 jam suhu tidak turun,
beri antibiotik dan rujuk
8. Nadi
Tanda dan gejala :
·
>100 x/menit
·
Urine pekat
· Suhu
> 38oC
Manajemen :
· Beri
minum banya/cukup
·
Pantau 2 jam
· Bila
tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infuse RL
·
Rujuk
a.
Jadwal kunjungan di rumah
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali
kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang terjadi.
Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat
jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik
dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses
persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga
mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan
dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan
kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga
berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian
sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk
menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu
melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada
pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di
rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang
respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan
pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada
pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan
untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu
pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
1. Perencanaan Kunjungan Rumah
a. Merencanakan
kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien
ke rumah
b. Pastikan
keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan
bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan
maksud dan tujuan kunjungan.
2. Keamanan merupakan
hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat meliputi:
a. Mengetahui dengan jelas alamat
yang lengkap arah rumah klien
b. Gambar rute alamat klien dengan
peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
c. Beritahu rekan kerja anda ketika
anda pergi untuk kunjungan
d. Beri kabar kepada rekan anda
segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan ibu merupakan komponen yang
sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain
sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan
bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat juga
menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
3. Jadwal kunjungan rumah paling
sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
1)
Kunjungan 1 (6-8 jam setelah
persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah
6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan
dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan
perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu
meninggal pada saat masa nifas dan 0% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong
pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah
nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan
banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang
berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji
involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran,
kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk
memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan
fisik, komunikasi dan rangsangan.
k. Bidan memberikan penyuluhan
tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai
kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).
2)
Kunjungan 2 (6 hari setelah
persalinan)
Kunjungan kedua dilakukan setelah
enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari
seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
a. Memastikan involusi uterus
berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Memberikan konseling pada ibu
mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari .
d. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
e. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
f. Diet : makanan seimbang,
banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk
mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
g. Kebersihan/ perawatan diri
sendiri, terutama putting susu dan perineum.
h. Senam kegel serta senam perut yang
ringan tergantung pada kondisi ibu.
i. Kebutuhan akan istirahat :
cukup tidur.
j. Bidan mengkaji adanya
tanda-tanda post partum blues.
k. Keluarga berencana melanjutkan
hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
3)
Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah
persalinan)
Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis
pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk
lebih jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
a. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
c. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d. Memberikan konseling pada ibu
mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari .
e. Gizi : zat besi/ folat, makanan
yang bergizi
f. Menentukan dan menyediakan
metode dan alat KB
g. Senam : rencana senam lebih
kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
h. Keterampilan membesarkan dan
membina anak
i. Rencana untuk asuhan
selanjutnya bagi ibu
j. Rencana untuk chek-up bayi
serta imunisasi
4)
Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah
persalinan)
Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga
keadaan laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
a. Menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi .
d. Memberikan konseling mengenai
imunisasi, senam nifas serta KB secara dini .
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah
yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan seluruh
tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti
untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan ibu untuk
mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah
matahari atau disetrika.
d. Menyarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka.
2. Istirahat
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke
kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur
siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa
kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
a. Mendiskusikan pentingnya
mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan
lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
b. Menjelaskan bahwa latihan-latihan
tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan
otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik
otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada,
tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan
tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5
kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk
setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori
setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air
setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum
untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit)
agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan
kering.
b. Mengenakan BH yang menyokong
payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan
colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat
diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak
akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah
dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau
gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara
sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak
dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah
menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan
atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan,
aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak
budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan
dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak
menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertamakembali
Untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara
ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan
dahulu kepada ibu:
a. Bagaimana metode ini dapat
mencegah kehamilan dan efektifitasnya
b. Kelebihan/ keuntungan
c. Kekurangannya
d. Efek samping
e. Bagaimana menggunakan metode ini.
f. Kapan metode itu dapat mulai
digunakan untuk wanita pasca bersalin yang menyusui. Jika seorang ibu telah
memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi.
Referensi :
JNPK.2002. Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal. Jakarta.
Manuaba, IBG, 1998.
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.
Saefuddin, A.B. 2000. Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
Yayasan
Bina Pustaka. Jakarta.
Varney, Hellen. 1997. Varney’s
Midwifery Textbook. Third Edition. NewYork :
Jones and Bartlett.
Bandar Lampung, Februari 2013
Monev
Pudir I Akbid Adila Dosen
Pengampu
Nurul
Jannah, S. ST Nopa
Utari, S.ST
NIK. 2007090117
0 komentar:
Posting Komentar