Komplikasi yang terjadi pada Kala IV
Persalinan
1.
Atonia Uteri
a.
Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil
(pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu
banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.
Batasan: Atonia
uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.
b.
Penyebab
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu
hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
1) Overdistention uterus seperti:
gemeli makrosomnia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2) Umur yang terlalu muda atau terlalu
tua.
3) Multipara dengan jarak kelahiran
pendek
4) Partus lama / partus terlantar
5) Malnutrisi.
6) Penanganan salah dalam usaha
melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
c.
Gejala
Klinis
1) Uterus tidak berkontraksi dan
lunak
2) Perdarahan segera setelah plasenta
dan janin lahir (P3).
d.
Pencegahan
atonia uteri.
Atonia uteri dapat dicegah dengan
Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir
(Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter
Intravenous drips 100-150 cc/jam.
Pemberian oksitosin rutin pada kala
III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat
mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III
dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi
darah. Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan
tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh
oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit. Prostaglandin
(Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan
postpartum.
e.
Penanganan
Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
a) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi
tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan
umum ibu termasuk tanda vital
c) Jika dicurigai adanya syok segera
lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat
melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.
d) Jika terjadi syok, segera mulai
penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
e) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik
f) lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan
bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi
uterus yang efektif. Berikan 10 unit oksitosin IM
g) Lakukan kateterisasi, dan pantau
cairan keluar-masuk.
h) Periksa kelengkapan plasenta Periksa
kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
i) Jika perdarahan terus berlangsung,
lakukan uji beku darah.
Setelah
perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar Hemoglobin:
a) Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau
hematokrit kurang dari 20% (anemia berat), berilah sulfas ferrosus 600 mg atau
ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama
6 bulan;
b) Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas
ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral
sekali sehari selama 6 bulan;
2) Penanganan Khusus
a) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja
atonia uteri.
b) Teruskan pemijatan uterus.Masase
uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
c) Oksitosin dapat diberikan bersamaan
atau berurutan
d) Jika uterus berkontraksi.Evaluasi,
jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah
perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
e) Jika uterus tidak berkontraksi maka
:Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium
serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Antisipasi
dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan. Jika
perdarahan terus berlangsung:
Pastikan
plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak
adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh
darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah
sederhana.
Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat
pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
3) Penanganan Atonia Uteri
· Pakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan
kelima ujung jari) ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
· Periksa vagina & serviks. Jika
ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak
dapat berkontraksi secara penuh.Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior
tekan dinding anteror uteri sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan
dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
|
· Tekan uterus dengan kedua tangan
secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darah di dalam dinding uterus dan juga merang sang miometrium untuk
berkontraksi.
· Evaluasi keberhasilan:
ü Jika uterus berkontraksi dan
perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI
selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina.
Pantau kondisi ibu secara melekat selama kala empat.
ü Jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dari serviks apakah
terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan si
penjahitan jika ditemukan laserasi.
ü Jika kontraksi uterus tidak terjadi
dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksternal (KBE, Gambar 5-4) kemudian terus kan dengan langkah-langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai
menyiapkan rujukan.
Alasan: Atonia uteri seringkali bisa
diatasi dengan KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan
tindakan-tindakan lain.
ü Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan
berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi)
Alasan : Ergometrin yang diberikan,
akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.
ü Menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang
mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan: Jarum dengan
diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan
dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah.
Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat
akan membantu mengganti volume cairan yang hiking selama perdarahan.
Alasan: KBI
yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membantu membuat
uterus-berkontraksi
ü Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu sampai 2 menit, segera lakukan rujukan Berarti ini bukan atonia uteri
sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang
dapat melakukan tindakan pembedahan dan transfusi darah.
ü Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di tempat rujukan.
Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas rujukan:
v Infus 500 ml yang pertama dan
habiskan dalam waktu 10 menit.
v Kemudian berikan 500 ml/jam hingga
tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5
liter, dan kemudian berikan 125 ml/jam.
v Jika cairan IV tidak cukup, infuskan
botol kedua berisi 500 ml cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan
secara oral untuk asupan cairan tambahan.
b) Kompresi bimanual eksternal (KBE)
· Letakkan satu tangan pada abdomen di
depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.
· Letakkan tangan yang lain pada
dinding abdomen (dibelakang korpus uteri), usahakan memegang bagian belakang
uterus seluas mungkin.
|
· Lakukan gerakan saling merapatkan
kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan
cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut.
Jika
perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:
· Lakukan ligasi arteri uterina dan
ovarika.
· Lakukan histerektomi jika terjadi
perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi.
Uterotonika :
Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
2.
Perdarahan Kala IV
a. DEFINISI
Perdarahan post partum atau Kala IV
adalah perdarahan lebih 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk
perdarahan karena retensio plasenta.
Pembagian perdarahan post partum :
1)
Perdarahan
post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi selama 24 jam
setelah anak lahir.
2) Perdarahan post partum sekunder (late
postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam anak lahir. Biasanya hari ke
5-15 post partum.
Tiga hal
yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan
post partum :
1)
Menghentikan
perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum
4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :
1) Atonia uteri (50-60%).
2) Retensio plasenta (16-17%).
3) Sisa plasenta (23-24%).
4) Laserasi jalan lahir (4-5%).
5) Kelainan darah (0,5-0,8%).
b. ETIOLOGI
1.
Atonia
uteri.
2.
Sisa
plasenta dan selaput ketuban.
3.
Jalan
lahir : robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
4.
Kelainan
pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia yang sering
dijumpai.
5.
Perdarahan
yang banyak.
6.
Solusio
plasenta.
7.
Kematian
janin yang lama dalam kandungan.
8.
Pre-eklampsia
dan eklampsia.
9.
Infeksi
dan syok septik.
10. Kelainan pada uterus seperti mioma
uteri, uterus couvelair pada solusio plasenta.
11. Malnutrisi.
c. DIAGNOSIS
Cara membuat diagnosis perdarahan post partum :
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi
uterus dan tinggi fundus uterus.
2. Memeriksa plasenta dan ketuban :
apakah lengkap atau tidak.
3.
Melakukan eksplorasi kavum uteri
untuk mencari:
· Sisa plasenta dan ketuban.
· Robekan rahim.
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada
serviks, vagina dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : periksa
darah, hemoglobin, clot observation test (COT), dan lain-lain.
Perdarahan post partum adakalanya
merupakan perdarahan yang hebat maupun perdarahan perlahan-lahan tetapi terus-menerus.
Keduanya dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan dapat menjadi syok. Oleh
karena itu penting sekali pada setiap ibu bersalin dilakukan pengukuran kadar
darah secara rutin; serta pengawasan tekanan darah, nadi dan pernapasan ibu,
kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
Beberapa menit setelah janin lahir,
biasanya mulai terjadi proses pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan.
Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim maka uterus akan
berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta (his pengeluaran plasenta).
d. TATA LAKSANA
Penanganan perdarahan post partum
berupa mencegah perdarahan post partum, mengobati perdarahan kala uri dan
mengobati perdarahan post partum pada atoni uteri.
Cara mencegah perdarahan post partum
yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar hemoglobin, golongan darah
dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan,
dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim (uterotonika).
Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan
sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan
sintosinon (sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.
Cara mengobati perdarahan kala uri :
·
Memberikan
oksitosin.
·
Mengeluarkan
plasenta menurut cara Credee (1-2 kali).
·
Mengeluarkan
plasenta dengan tangan.
Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin
lahir dilakukan bila :
· Menyangka akan terjadi perdarahan
post partum.
· Perdarahan banyak (lebih 500 cc).
· Retensio plasenta.
· Riwayat perdarahan post partum pada
perssalinan yang lalu.
Jika masih ada sisa-sisa plasenta
yang agak melekat dan masih terdapat perdarahan segera lakukan utero-vaginal
tamponade selama 24 jam, diikuti pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3
hari berturut-turut dan pada hari ke-4 baru dilakukan kuretase untuk
membersihkannya.
Jika disebabkan oleh luka-luka jalan
lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan berhenti.
Pengobatan perdarahan post partum
pada atoni uteri tergantung banyaknya perdarahan dan derajat atoni uteri yang
dibagi dalam 3 tahap :
· Tahap I : perdarahan yang tidak
banyak dapat diatasi dengan memberikan uterotonika, mengurut rahim (massage)
dan memasang gurita.
· Tahap II : bila perdarahan belum
berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya berikan infus dan transfusi darah
lalu dapat lakukan :
ü Perasat (manuver) Zangemeister.
ü Perasat (manuver) Fritch.
ü Kompresi bimanual.
ü Kompresi aorta.
ü Tamponade utero-vaginal.
ü Jepit arteri uterina dengan cara
Henkel.
· Tahap III : bila belum tertolong
maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan 2 cara yaitu
meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi.
3.
Syok
Obstetrik
a.
Definisi
Syok obstetrik adalah syok yang
dijumpai dalam kebidanan yang disebabkan baik oleh perdarahan, trauma, atau sebab-sebab
lainnya, dimana terjadi gangguan sirkulasi darah ke dalam jaringan sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme.
b.
Gejala
klinik syok pada umumnya sama yaitu:
1) Tekanan darah menurun.
2) Nadi cepat dan lemah.
3) Pucat.
4) Keringat dingin.
5) Sianosis jari-jari, sesak nafas,
pengelihatan kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria.
c.
Etiologi
Peristiwa-peristiwa
kebidanan yang menimbulkan syok antara lain :
1) Perdarahan
Perdarahan
merupakan penyebab utama syok dalam kebidanan. Perdarahan sampai syok antara
lain : abortus, kehamilan ektopik, Mola hidatitosa, gangguan pelepasan
plasenta, Atonia uteri, plasenta previa, rupture uteri.
2) Infeksi berat
Infeksi
berat sebagai penyebab syok masih sering ditemukan diantaranya adalah syok
septik atau syok endotoksik dengan kuman terseringnya yaitu gram negatif.
Peristiwa infeksi yang dapat menimbulkan syok adalah : abortus infeksiosus,
febris puerperalis yang berat, piolenefritis.
3) Solusio plasenta
Solusio
plasenta yang berat selain karena perdarahan syok juga terjadi karena inversio
uteri, syok terjadi disamping karena perdarahan juga bersifat neurogen karena
tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum infudibulo pelvikum, serta
ligamentum rotundum.
4) Emboli air ketuban
Syok
karena emboli air ketuban berlangsung sangat mendadak dan berakhir dengan
kematian. Penderita mendadak gelisah, sesak nafas, kejang dan meninggal. Emboli
air ketuban terjadi pada his yang kuat dan ketuban telah pecah. Karena his yang
kuat, air ketuban bersama mekonium, rambut lanugo dan vernik kaseosa masuk
kedalam sinus-sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke paru-paru.
5) Supine hipotensive syndrome
Supine
hipotensive syndrome terjadi karena adanya tekanan vena kava oleh rahim, sering
terjadi pada kehamilan kembar, hidramnion dan kehamilan trimester akhir.
d.
Tanda
dan Gejala Syok Obstetrik
1) Nadi cepat dan halus (>
100/menit)
2) Tekanan darah turun (diastolik < 60 mmHg)
3) Respirasi cepat (> 32/ menit)
4) Temperatur suhu turun < 36,5 C
5) Pucat terutama pada konjungtiva,
telapak tangan, bibir.
6) Berkeringat, gelisah,
apatis/bingung, pingsan/tidak sadar
7) Tekanan darah ↓↓ (sistolik < 90 mmHg)
Tanda
dan gejala lain:
· Pucat (kelopak mata dalam, telapak
tangan, sekitar mulut)
· Keringat/kulit terasa dingin dan
lembab
· Urin sedikit (< 30 ml/jam)
e.
Klasifikasi
1) Syok Hemoragik
Adalah
suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada:
a) kehamilan muda, misalnya:
Abortus,Kehamilan ektopik dan penyakit trofoblas (mola hidatidosa).
b) Perdarahan antepartum seperti
plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri.
c) Perdarahan pasca persalinan karena
atonia uteri dan laserasi jalan lahir.
Klasifikasi perdarahan :
Kelas
|
Jumlah Perdarahan
|
Gejala Klinik
|
I
|
15% (Ringan)
|
Tekana darah dan nadi normal
Tes Tilt (+)
|
II
|
20-25% (sedang)
|
Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi < 30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian darah kapiler
lambat
|
III
|
30-35% (Berat)
|
Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolic (pH < 7.5)
|
IV
|
40-45% (sangat berat)
|
Hipertensi berat
Hanya nadi karotis yang teraba
Syok ireversibel
|
·
Penanganan
Syok Hemoragik Dalam Kebidanan
Bila terjadi syok hemoragik dalam
kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan oksigen, infuse cairan, dan
transfuse darah dengan crossmatched.
Diagnosis plasenta previa/solusio
plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG. Selanjutnya atasi
koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung
janin. Bila terjadi tanda-tanda hipoksia, segera lahirkan anak. Jika terjadi
atonia uteri pasca persalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan
metil ergometrin (0,2 mg) IV dan oksitosin IV atau per infuse (20-40 U/I), dan
bila gagal menghentikan perdarahan lanjutkan dengan ligasi a hipogastrika atau
histerektomi bila anak sudah cukup. Kalau ada pengalaman dan tersedia peralatan
dapat dilakukan embolisasi a.iliaka interna dengan bantuan transkateter. Semua
laserasi yang ada sebelumnya harus dijahit.
2) Syok Neurogenik
Yaitu
syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh kehamilan
ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forceps atau
persalinan letak sungsang di mana pembukaan serviks belum lengkap, versi dalam
yang kasar, firasat/tindakan crede, ruptura uteri, inversio uteri yang akut,
pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah ketuban pada polihidramnion), dan
penurunan tekanan tiba-tiba daerah splanknik seperti pengangkatan tiba-tiba
tumor ovarium yang sangat besar.
3)
Syok
Kardiogenik
Yaitu
syok yang terjadi karena kontraksi otot jantungyang tidak efektif yang
disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai pada
penyakit-penyakit katup jantung.
a) Tanda klinis
· Dilatasi vena-vena di leher
· Dispnea
· Desah sistol dan diastole
· Edema menyeluruh
b) Penyebab
· Setiap syok obstetrik akan berakhir
dengan syok kardiogenik, penyebab yang paling sering adalah:
ü Perdarahan berat
ü Hipoksia karena eklampsia atau anesthesia
ü Sindrom mendelson: aspirasi lambung
dengan pneumonitis
ü Emboli dengan segala penyebabnya
c) Penanganan/Pengelolaan
Uluran
tangan sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Letakkan pasien dalam
posisi dorsal (terlentang) di atas lantai yang keras. Dengan satu ibu jari satu
tangan yang tertutup di atas sternum cukup untuk memperbaiki keadaan, kemudian
dilanjutkan dengan: tindakan/langkah ABCDEF
· A-Airway
ü Bersihkan jalan nafas dari muntah,
darah, gigi, benda asing dan lain-lain
ü Pertahankan jalan nafas dengan
jalan:
o
Menarik mandibula dan lidah
o
Pasang airway
o
Intubasi endotrakeal secepat mungkin
· B-Breathing
ü Lakukan salah satu dari tindakan
berikut:
o
Respirasi
mulut ke mulut
o
Pasang
sungkup dan ambubag (balon resusitasi) dengan oksigen 100%
o
Pasang
pipa endotrakeal dan lakukan ventilasi tekanan positif yang intermiten
· C-Cardiac Massage
ü Dengan meletakkan kedua pergelangan
tangan di atas sternum, lengan dalam keadaan lurus (ekstensi) berikan tekanan
dengan seluruh berat badan ke atas sternum.
ü Lakukan sampai pembuluh darah
femoral dan carotid dapat dipalpasi
ü Tekanan yang optimal 60 x/menit dengan pernafasan buatan 15x
atau 4:1
· D-Drip ang drugs
ü Berikan larutan Sodium bikarbonan
8,4 untuk mengatasi asidosis metabolic
ü Berikan dosis awal 100 ml dan
selanjutnya 10 ml tiap menit selama sirkulasi belum adekuat.
· Cardiac Stimulants (inotropic drug): dapat diberkan IV atau
intrakardiak
ü Adrenalin 0,5-1,0 mg
ü Atropin 0,6 mg
ü Dopamin 100 mg dalam 500 ml larutan
ü Kalsium kloride 10% larutan
· E-Elektokardiogram
Untuk
menentukan keberhasilan penanganan dan respon terapi
· Fibrillation treatment
Lakukan
defibrilisasi langsung (direct current)
4)
Syok Endotoksik/septic
Merupakan
suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin.
Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram nagatif. Sering dijumpai pada
abortus septik, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
a)
Gejala-Gejala
Syok Septik
· Menggigil
· Hipotensi
· Gangguan mental
· Takikardi
· Takipnea
· Kulit merah
· Kulit dingin dan basah, bradikardi,
dan sianosis (bila syok bertambah berat)
b)
Penanganan
1.
Penanganan
Awal
Penanganan
awal sangat penting untuk menyelamatkan jiwa pasien
· Nilai kegawatan dengan melakukan
pemeriksaan tanda vital
· Cegah hipotermi dan miringkan
kepala/tubuh pasien untuk mencegah aspirasi muntahan. Jangan berikan sesuatu
melalui mulut untuk mencegah aspirasi
· Bebaskan jalan nafas dan berikan
oksigen melalui selang atau masker dengan kecepatan 6 sampai 8 liter per menit.
· Tinggikan tungkai untuk mebantu
beban kerja jantung. Bila setelah posisi tersebut ternyata pasien menjadi sesak
atau mengalami oedem paru maka kembalikan tungkai pada posisi semula dan
tinggikan tubuh atas untuk mengurangi tekanan hidrostatik paru
· Bila hingga langkah akhir tersebut
diatas, ternyata tak tampak secara jelas perbaikan kondisi pasien atau minimnya
ketersediaan pasokan cairan dan medikamentosa atau adanya gangguan fungsi
peralatan yang dibutuhkan bagi upaya pertolongan lanjutan, sebaiknya pasien
dipindahkan ke ruang perawatan intensif atau disiapkan untuk dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
· Bila ternyata harus dirujuk,
pastikan :
ü Pasien dan keluarganya mendapat
penjelasan tentang apa yang terjadi
ü Telah dibuatkan surat rujukan
ü Ada petugas yang menemani dan
keluarga sebagai pendonor darah
· Bila setelah restorasi cairan masih
belum terjadi perbaikan tanda vital, tambahkan obat vasoaktif (dopamine) dengan
dosis awal 2,5μgram per kg/BB (dalam larutan gram isotonic). Naikkan
perlahan-laha dosis tersebut hingga mendapatkan efek optimal (dosis maksimal 15
sampai 20 μgram/menit). Pertahankan pada dosis yang menunjukkan adanya
perbaikan tanda vital. Hentikan dopamine apabila tanda vital mencapai nilai
normal dan produksi utrine dalam batas normal.
c)
Penanganan
Syok
Prinsip Dasar Penanganan Syok
Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan
awal dan khusus untuk:
· Menstabilkan kondisi pasien
· Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
· Mengefisiensikan system sirkulasi darah
· Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
d)
Penanganan
Awal
· Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada
dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
· Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan
bahwa jalan napas bebas.
· Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan
dan suhu tubuh)
· Baringkan ibu tersebut dalam posisi
miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk
memeastikan jalan napasnya terbuka.
· Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu
panas karena hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran
darah ke organ vitalnya.
· Naikan kaki untuk menambah jumlah
darah yang kembali ke jantung (jika memungkinkan tinggikan tempat tidur pada
bagian kaki).
e)
Penanganan
Khusus
· Mulailah infus intra vena (2 jika
memungkinkan dengan menggunakan kanula atau jarum terbesar (no. 6 ukuran
terbesar yang tersedia). Darah diambil sebelum pemberian cairan infus untuk
pemeriksaan golongan darah dan uji kecocockan (cross match), pemeriksaan
hemoglobin, dan hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap
termasuk trombosit, ureum, kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis,
dan uji pembekuan.
· Segera berikan cairan infus (garam
fisiologk atau Ringer laktat) awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20
menit
· Berikan paling sedikit 2 Liter cairan ini pada 1 jam
pertama. Jumlah ini melebihi cairan yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan
cairan yang sedang berjalan
· Setelah kehilangan cairan dikoreksi,
pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam
Catatan: Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin
dibutuhkan dalam penatalaksanaan syok akibat perdarahan. Usahakan untuk
mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
· Jika vena perifer tidak dapat
dikanulasi, lekukakan venous cut-down
· Pantau terus tanda-tanda vital
(setiap 15 menit) dan darah yang hilang. Apabila kondisi pasien membaik,
hati-hati agar tidak berlebihan memberikan cairan. Napas pendek dan pipi yang
bengkak merupakan kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.
· Lakukan kateterisasi kandung kemih
dan pantau cairan yang masuk dan jumlah urin yang keluar. Produksi urin harus
diukur dan dicatat.
· Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8
liter per menit dengan sungkup atau kanula hidung.
0 komentar:
Posting Komentar